Sunday 23 February 2014

Hujan Menerjang, Ibukota Tergenang

Byur ... byur .... kira - kira seperti itulah keadaan saat ini, yah genangan air ada dimana - mana atau mungkin bukan genangan air lagi tetapi banjir sudah melanda (lagi). Untuk bulan Februari saja mungkin di beberapa kawasan seperti Kampung Pulo sudah lebih dari dua kali bencana banjir melanda. Memang cuaca akhir - akhir ini sulit diprediksi walaupun ada badan pemerintah yang kompeten dalam hal ini seperti BMKG teteapi tentu saja alam mempunyai cara tersendiri. Lebih dari seminggu terakhir kita lihat cuaca selalu cerah tetapi pada dua hari terakhir hujan deras melanda seharian.




Kalau kita lihat dari data yang saya ambil pada website BMKG prakiraan cuaca pada bulan Februari dan Maret 2014 untuk wilayah DKI Jakarta sangat tinggi kenapa DKI Jakarta? karena kebetulan saya bermukim di sekitar Jakarta. Jadi untuk warga DKI Jakarta dan sekitarnya diharapkan tetap waspada.

Memang jika ingin jujur saya pribadi sangat direpotkan dengan kejadian seperti ini banjir dimana - mana akses untuk aktivitas sehari -hari jadi terhambat semua jadi serba pusing mencari jalan alternatif untuk sampai tujuan. Dengan terhambatnya semua kegiatan sehari - hari pasti semua masyarakat menggerutu siapa yang bertanggung jawab atas semua ini? Apakah pemerintah daerah? atau masyarakatnya itu sendiri?

Banjir di Jakarta sendiri menurut berbagai sumber sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Beberapa tahun setelah Belanda mendarat, pemerintahan kolonial sudah merasakan rumitnya menangani banjir di Batavia. Banjir besar pertama kali mereka rasakan di tahun 1621, diikuti tahun 1654 dan 1876. 



Sering dilanda banjir pemerintah Belanda merasa perlu untuk mulai mengelola air secara serius. Tahun 1918 Pemerintah Belanda mulai membangun beberapa. Selanjutnya karena semakin kompleksnya masalah air yang melimpah, memaksa Pemerintahanan Kolonial membangun Banjir Kanal Barat (BKB) pada tahun 1922. Meski sudah dibangun BKB, bukan berarti persoalan banjir di Jakarta bisa langsung diselesaikan. Pada Januari 1932 lagi-lagi banjir besar melumpuhkan Kota Jakarta. Ratusan rumah di kawasan Jalan Sabang dan Thamrin digenangi air.

Jika kita bicara mengenai kerugian yang dialami untuk tahu 2013 saja pengusaha di Jakarta merugi sekitar Rp 20 Triliun yang banyak ditanggung oleh sektor perdagangan dan industri.

Kembali ke permasalahan siapa yang bertanggung jawab? Jawabannya ya tentu saja pemerintah entah itu pemerintah daerah maupun pusat. Tetapi kita sebagai masyarakat jangan membuang sampah sembarangan, membuang sampah di bantaran sungai merupakan salah satu dari penyebab banjir. Jika pemerintah berjalan sendiri tanpa ada dukungan dai masyarakat sama saja bohong.


Sumber: berbagai sumber

No comments:

Post a Comment