Friday 10 January 2014

Waspadai Virus West Nile

Sekitar dua hari yang lalu saya lihat berita di salah satu TV swasta yang mengabarkan ada virus yang tergolong baru di Indonesia yakni virus West Nile. Apakah virus West Nile itu? Apakah benar belum ada obatnya di Indonesia?

Dari berita tersebut saya coba mengulik lagi info mengenai virus West Nile ini. Sebenarnya virus West Nile ini pernah 'singgah' di Indonesia menurut sumber ini yakni sekitar tahun 2012 antara bulan Agustus - September tercatat 41 orang meninggal (menurut saya angka ini adalah jumlah korban di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia saja). 

Virus West Nile pertama kali dideteksi kemunculannya pada tahun 1937 di Uganda, Afrika Timur. Seperti yang dilansir oleh Kids Health, virus ini disebabkan oleh gigitan nyamuk yang telah terinfeksi sebelumnya. Memang tidak terdapat penjelasan secara ilmiah, jenis nyamuk apa yang membawa virus ini. 

West Nile Virus atau disingkat WNV ini awalnya menginfeksi burung, namun lambat laun virus ini sekarang diketahui bahwa manusia, anjing, kucing sampai dengan buaya juga dapat terinfeksi virus ini. Menurut penjelasan di Wikipedia, sekitar 80 persen manusia tidak mendapatkan gejala apapun ketika pertama kali terinfeksi virus ini.  

Westnile disebabkan oleh virus Westnile yang termasuk dalam famili Flaviviridae, Genus Flavivirus. Virus ini merupakan virus RNA single stranded, dengan ukuran 40 – 60 nm, beramplop dan mempunyai simetri ikosahedral.




  • Induk semang

Bangsa unggas dapat terserang virus West Nile. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa jenis burung lebih peka terhadap infeksi ini, diantaranya crows (Corvus spp), Chilean flamingos (Phoenicopterus chilensis), cormorants (Phalacrocorax sp.) dan Asian pheasants (Tragopan sp.).

Beberapa Ordo burung yang dapat terserang virus WN diantaranya Passeriformes, Ciconiiformes, Pelicaniformes, Charadriiformes, Anseriformes, Galliformes, Falconiformes dan Strigiformes. Burung liar dan burung yang dipelihara sangat rentan. dibanding unggas lainnya seperti ayam, kalkun dan itik. Ayam, burung dan unggas lainnya yang dipelihara di dalam rumah biasanya tidak terinfeksi WN karena tidak dapat kontak dengan vektor nyamuk. Ayam buras, yang dipelihara secara ekstensif, berpeluang terinfeksi WN. Di Israel, angsa dan bebek yang dipelihara ekstensif dapat terinfeksi WN.

Selain unggas, akhir-akhir ini telah ditemukan infeksi alam WN pada anak Arctic wolf (Canis lupus) berumur 4 bulan dengan gejala muntah, tidak mau makan ataksia dan mati. Pemeriksaan PA menunjukkan adanya kerusakan yang hebat pada ginjal. Pada kuda, infeksi WN dapat menimbulkan gejala klinis berupa gangguan syaraf. Manusia, kuda dan mamalia lainnya merupakan induk semang akhir (dead-end).

  • Gejala Klinis

Gejala klinis dilaporkan terdapat pada burung liar atau yang dikandangkan terbuka, kuda, wolf dan manusia. Kematian pada burung akibat infeksi virus WN hanya terjadi di Amerika, Israel, Kanada dan Meksiko. Masa inkubasi infeksi WN pada manusia berkisar antara 3 hingga 14 hari. Infeksi WN pada manusia umumnya tidak menimbulkan gejala klinis. Pada manusia, kasus klinis akan meningkat pada orang yang lebih tua. Dibanding dengan kasus pada JE, JE labih banyak menyerang anak - anak dibawah umur 12 tahun. Gejala klinis pada manusia umumnya berupa demam tinggi, lemah, sakit kepala, gangguan pencernaan seperti mual, muntah dan diare, kaku kuduk, Myalgia, arthralgia, dan perubahan mental.

  • Pencegahan

Pencegahan infeksi ini dengan cara mengurang kontak dengan nyamuk yang terinfeksi, dan melakukan vaksinasi. Karena penyakit WN berbahaya bagi manusia, maka vaksinasi pada hewan terutama pada kuda dapat dilakukan. Akhir-akhir ini rekombinan vaksin WN telah dikembangkan. 

Pembasmian sarang nyamuk di rumah dengan menjaga kebersihan lingkungan ikut berperan dalam mengeliminasi media perkembangbiakan nyamuk. Selain pemberian abate sebagai larvasida pada air yang tergenang, penggunaan larvasid biologis dapat digunakan seperti Bacillus thuringiensis var. israelensis dan Bacillus sphaericu.

Fogging yang dilakukan pemerintah saat ini dalam rangka pencegahan penyakit demam berdarah dapat mengurangi populasi nyamuk yang ada. Penggunaan repellent cukup efektif untuk menghindari kontak langsung dengan vector.

Sekian penjelasan West Nile dan bagaiaman cara pencegahannya. Semoga bermanfaat.



NB : dari berbagai sumber.

No comments:

Post a Comment